Rabu, 09 Mei 2012

PKBL PT. PUPUK KALTIM


Waktu pelaksanakan pelatihan  dimulai  tanggal 28 April 2010   sampai  dengan tanggal 08 Mei 2010  
     Pada akhir program Kemitraan dan Bina Lingkungan bidang pelatihan Otomotif Sepeda Motor, hasil yang dicapai adalah 30 warga belajar telah memiliki bekal kecakapan hidup yaitu kecakapan kejuruan/keterampilan.
       





Pengangguran di Bontang Meningkat
Dinsosnaker berharap Perusahaan Peduli


BONTANG
– Dinas sosial dan Tenaga Kerja Kota Bontang Mengimbau perusahaan yang berada di Bontang agar meningkatkan kepedulian. Kepala Disosnaker Akhmad Soeharto menjelaskan, bentuk kepedulian yang dimaksud untuk mengatasi pengaguran semakin tahun semakin bertambah.                                                  
“Data terakhir Maret 2010 ada 2.600 lebih penganggurandi kota Bontang. Karena itulah perlu banyak pelatihan untuk memberdayakan mereka”, kata Soeharto.        Seperti yang dilakukan PT Pupuk Kaltim baru-baru ini. Departemen Program kemitraan dan Bina lingkungan (PKBL) menggelar pelatihan keterampilan mekanik mesin bagi 30 warga Bontang. Pelatihan yang digelar kali ini merupakan pelatihan keterampilan warga dalam bidang otomotif khususnya mekanik sepeda motor dan bertujuan untuk meningkatkan sumber daya masyarakat Bontang.                                  
Pelatihan ini akan dilangsungkan selama 10 hari di PT Pupuk Kaltim. Dijelaskan Syafei selaku koordinator kegiatan, Pelatihan ini diikuti oleh 30 Peserta dari wilayah buffer Zone PT Pupuk Kaltim dan akan berlangsung mulai dari 26 april – 8 mei 2010. Kepala kompartemen Umum Pupuk Kaltim, Muhammad Helmi yang membuka pelatihan ini, menyatakan pelatihan ini merupakan tanggung jawab PT Pupuk Kaltim untuk ikut serta dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia di Bontang.    Ditambahkannya, dari pelatihan yang digelar dalam bidang mekanik sepeda motor, dapat membuka peluang usaha, antara lain modifikasi body  serta servis yang prima dan manajemen pemasaran.              
Sementara itu menurut instruktur dari Ekajaya Berrindo Berry Herlambang dalam pelatihan ini, materi yang akan diberikan berkaitan dengan teknik memperbaiaki mesin motor hingga manajemen perbengkelan.  Berry juga menyatakan usaha dibidang otomotif sangat menjanjikan mengingat jumlah kendaraan bermotor berbanding lurus dengan jumlah penduduk pada saat ini.           
Diharapkan setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan memiliki sejumlah peluang ekonomis dari segi perbengkelan. Pelatihan yang digelar departemen PKBL kali ini tergolong menghabiskan biaya cukup besar yaitu sekitar 250 juta rupiah.                                  
Selain menggelar kegiatan pelatihan mekanik mesin sepeda motor, Departemen PKBL PT Pupuk Kaltim juga melakukan pelatihan mengenai Deffence driver. Pelatihan ini penting demi keselamatan berkendaraan dan mengantisipasi kecelakaan di jalan raya. Diharapkan setelah mengikuti pelatihan ini pengendara motor atau kendaraan lain dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan kecelakaan di jalan raya.(jaz)







DINSOSNAKERTRANS KOTA CIREBON


PROGRAM DANA BAGI HASIL CUKAI TEMBAKAU BIDANG KETENAGAKERJAAN KEGIATAN PELATIHAN DAN PENINGKATAN KETERAMPILAN TENAGA KERJA MASYARAKAT LINGKUNGAN IHT APBD KOTA CIREBON TAHUN 2012
DINSOSNAKERTRANS KOTA CIREBON

Peserta :  adalah Warga masyarakat dari berbagai kecamatan / kelurahan / desa sekitar Lingkungan Industri Hasil Tembakau, dengan jumlah 25 orang. 

Manfaat Kegiatan :
  • Peserta memperoleh keterampilan sesuai kurikulum yang diterapkan sehingga peserta mampu : Mengenal dan memehami tentang Mesin, Kelistrikan dan Chassis (siap pakai). Hingga peserta dapat berpenghasilan
  • Terwujudnya Program pengentasan kemiskinan dan mengurangi angka pengannguran
  • Industri memperoleh SDM yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan pasar kerja atau dunia usaha dan industri
Pembukaan Dilaksanakan di Gedung Juang Cirebon pada tanggal 16 Maret 2012


 Teori Permbekalan manajemen perbengkelen dan kewirausahaan






 Berdo'a dan berbaris sebagai awal sebelum kegiatan pembelajaran dimulai
 Praktek Kelistrikan





PKBL REGION III PT. PERTAMINA



Sabtu, 05 Mei 2012

POSKO MUDIK LEBARAN JALUR PANTURA - CIREBON


Berry Herlambang
Juragan "Servis" Jalur Pantura
Sejak tahun 2006, setiap menjelang Idul Fitri, Berry Herlambang membuka layanan gratis bagi pemudik yang menggunakan sepeda motor. Sebagian pemudik dari Jakarta yang melintasi jalur pantai utara Jawa Barat mengenang dia sebagai ”pelepas dahaga” di tengah teriknya matahari jalur itu. Sembari menunggu sepeda motor mereka diperbaiki, para pemudik melepas penat sambil menikmati pijatan gratis.
Itulah salah satu kiprah Berry Herlambang, pemilik dan pengelola Lembaga Pendidikan Teknik Eka Jaya Berrindo di Cirebon, Jawa Barat. Ia tengah bersiap-siap membuka layanan gratis itu di Jalan (By Pass) HR Darsono, Cirebon.
”Beberapa calon pemudik yang pernah kami layani sudah menelepon untuk memastikan apakah layanan gratis itu kembali dibuka,” ujar Berry pekan lalu.
Sebanyak 15-20 pemuda yang dia siapkan untuk misi sosialnya itu adalah para murid terbaik dari lembaga kursus yang diwarisinya dari sang ayah, Haji Eddy Wanili Hardjadinata (76). Sekitar 52 tahun silam, saat sang ayah mendirikan lembaga kursus itu, semangat berbagi dengan sesama selalu ditekankan.
”Berbagi” di sini berarti memberikan peluang kepada anak-anak dari kalangan kurang mampu untuk mengenyam kecakapan dan keterampilan otomotif. Pada tataran yang konkret dan kontekstual, kepada pemudik yang belum mampu pulang kampung dengan mobil, semangat ”berbagi” itu diberikan lewat layanan perbaikan sepeda motor tanpa meminta bayaran.
”Berjalan sejauh ratusan kilometer pastilah mesin motor itu ’kelelahan’ dan perlu dicek demi keselamatan perjalanan. Kami senang bisa membantu orang yang perlu pertolongan,” ujar Berry.
Lewat lembaga pendidikan nonformal yang dikelolanya, Berry menampung lulusan SMP-SMA untuk diberi bekal keterampilan. Uniknya, walau berstatus kursus, lembaga ini tak sekadar menekankan muatan praktis, tetapi juga memberikan wawasan teori seputar otomotif.
Berry juga menerima calon mekanik perempuan. Fatmawati (19), misalnya, karena tak punya biaya, ia mengikuti kejar paket C di Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon. Kondisi ayahnya yang sakit-sakitan lalu meninggal menjadikan Fatmawati tulang punggung keluarga.
”Senang bisa belajar soal rangka dan isi, juga kelistrikan dalam mesin motor dan mobil,” ujar Fatmawati yang sempat bekerja di sebuah bengkel modifikasi mobil di Jakarta.
Untuk menjadi mekanik otomotif andal, peserta didiknya mengikuti empat tahapan. Mereka belajar teori dan praktik di kelas, lalu diminta bedah kasus alias langsung praktik memperbaiki motor atau mobil di lingkungan tempat tinggal masing-masing.
Sekalipun baru belajar, mereka tak bisa main-main sebab hasil kerja mereka dievaluasi. ”Kalau pekerjaan mereka baik, pasti untung karena makin banyak pelanggan bakal ke rumah mereka,” kata Berry.
Setelah itu, peserta yang dinilai mumpuni dibuatkan tempat untuk membuka bengkel gratis selama waktu tertentu di kampungnya. Bengkel gratis bisa dibuka di masjid kampung, kantor desa, atau tanah lapang. Tujuannya, membangun sikap mandiri dan tanggung jawab mereka atas pekerjaan.
Tahap keempat, magang. Setiap calon mekanik harus magang kerja di bengkel swasta. ”Pada tiga tahapan sebelumnya mereka diajari mandiri dan menjadi manajer atas usahanya sendiri. Setelah itu, mereka diajari bagaimana bekerja pada orang lain,” kata Berry.
Berbekal keterampilan otomotif, peserta kursus diharapkan berwirausaha. Hingga kini, dalam usia 52 tahun, Eka Jaya Berrindo sudah mencetak lebih dari 50.000 alumnus mekanik otomotif dan 150.000 alumnus teknik mengemudi.
Berry juga melatih korban gempa dan tsunami di Aceh agar bisa bangkit dengan keterampilan otomotif. Hal serupa dilakukannya untuk korban gempa di Pangandaran, Jawa Barat, dan Yogyakarta.
Pascabanjir melanda Jakarta tahun 2007, sejumlah pemuda Ibu Kota juga mengenyam pembekalan keterampilan ini. Oleh Kementerian Pendidikan Nasional, ia kerap dilibatkan untuk membekali kecakapan otomotif bagi anak-anak penghuni lembaga pemasyarakatan di sejumlah daerah.
Anak-anak dari keluarga miskin yang dulu dibimbingnya banyak yang membuka usaha bengkel sendiri. Misalnya, Iib Muhibah yang menjadi manajer pada showroom otomotif di Cirebon.

Indahnya berbagi
Jiwa sosial Berry sudah terbangun sejak masa kecil. Ia mengenang ibunya, Henny Suwaendah, sebagai sosok yang diteladaninya.
”Saya menunggu Ibu pulang belanja, lalu membantunya membagikan sebagian barang dagangan (bahan pokok) kepada orang yang membutuhkan. Saat orang-orang menerima pemberian itu dan bergembira, saya ikut senang. Di situ saya merasakan indahnya berbagi,” kata anak kelima dari enam bersaudara ini.
Aktivitas Berry di bidang otomotif tak lepas dari peran ayahnya, Eddy Wanili Hardjadinata. Usaha kursus mengemudi dan mekanik bidang otomotif dirintis ayahnya pada 1959 yang ditandai dengan pendirian Eka Jaya di Bandung. Cabang lain kemudian dibuka di Tasikmalaya (1971), Cirebon (1974), dan Garut (1985).
Berry yakin, kehidupan manusia tak pernah lepas dari transportasi. Prinsip itu terilhami oleh kutipan sebuah iklan otomotif: ”Tidak semua anak bercita-cita menjadi diplomat. Tetapi setiap anak pasti memimpikan saatnya ia menjadi seorang pengemudi, tidak hanya seorang calon driver.”
Di benaknya, selama sarana transportasi ada, selama itu pula diperlukan lembaga pendidikan yang membekali calon pengemudi, bagaimana berkendara dengan aman. Sebab, mengemudi bukan asal banting setir atau injak gas. Di sini diperlukan keterampilan, pengetahuan, sikap, dan kebiasaan berlalu lintas yang baik dan benar.
Fakta bahwa kecelakaan lalu lintas sebagai salah satu ”pembunuh massal” yang mengerikan di negeri ini mendorong Berry terus mengampanyekan standardisasi pendidikan mengemudi aman. Ia memandang standardisasi nasional mutlak agar tidak sembarang orang mengajarkan mengemudi dengan menjanjikan surat izin mengemudi (SIM). Ia menekankan prosesnya, bukan tujuan instan memperoleh SIM.